Download jalan tak ada ujung pdf






















Bagaimanapun, sebenarnya kemunafikan yang dilakukan GI, pilihan yang ditentukan dan tindakan yang dilakukan GI, tetap merupakan pilihan dan tindakan yang keluar dari kebebasannya, karena GI dapat melakukan pilihan dan tindakan yang berlawanan dengan pilihan dan tindakan yang telah diambilnya.

Semua kemunaflkannya itu dilakukan karena ia justru ingin menghindar dari tanggung j awab yang lebih besar. Pilihan dan tindakannya itu memang merupakan pilihan dan tindakan yang eksistensial.

Pilihan dan tindakannya keluar dari kebebasannya dan dipertanggungj awabkannya. Manusia eksistensialis dalam menentukan pilihan chlandasi oleh kebebasan pribadinya. Namun, sebenarnya pilihan itu menyangkut orang lain bahkan seluruh manusia Sartre, Prinsip tersebut juga dimiliki oleh GI. Meski dalam hati tidak suka, ingin menolak, penuh perasaan takut dan enggan, GI tetap memdih menerima tugas sebagai pemimpin perjuangan, mengantar senjata, memegang dana organisasi perjungan, ikut melempar granat di bioskop REX, dan tidak membocorkan rahasia organisasi perjuangannya.

Sebenarnya GI di samping memilih untuk dirinya sendiri, GI juga telah memilih untuk orang lain, yaitu kawan seperjuangan dan bagi manusia yang sedang berevolusi saat ini.

Pilihan dan tindakan GI merupakan pilihan yang eksistensial, yaitu pilihan yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain. Manusia dalam Proses Manusia tiada lain adalah rencananya sendiri, oleh karenanya manusia tiada lain adalah kumpulan tindakannya Sartre, : Manusia dalam menciptakan dirinya tidak akan pernah selesai dengan ikhtiarnya itu.

Manusia selalu dalam proses. Hanya mautlah yang mengakhiri eksistensi manusia menjadi esensi. Lubis menuangkannya secara eksplisit dalam dialog tokoh Hazil dengan GI berikut ini. Dia tidak akan ada habis-habisnyakita tempuh. Mulai dari sini, terus, terus, terus tidak ada ujungnya. Perjuangan ini meskipun kita sudah merdeka, belum juga sampai ke ujungnya.

Di mana ada ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia mencari bahagia? Dalam hidup manusia selalu setiap waktu ada musuh dan rintangan-rintangan yang harus dilawan dan dikalahkan.

Habis satu muncul yang lain, demikian seterusnya," him. Manusia sebagai eksistensi adalah manusia yang sedang menempuh jalan yang tidak ada habis-habisnya, tidak ada ujungnya. Manusia tidak habis-habisnya menghadapi persoalan, rintangan, dan musuh, Selesai masalah yang satu akan muncul masalah lain yang menghadapkan manusia pada pilihan dan tindakan, begitu seterusnya. Manusia terus berikhtiar, sampai maut menjemputnya yangmembekukan eksistensinya dan merampas kebebasannya.

Manusia dalam proses berarti manusia selalu dalam situasi. Dalam novel JTAU tampak dua proses, yaitu proses terus dan proses kemandegan. Kedua proses itu dialami oleh GI dan Hazil. Hazil yang pada mulanya mengetahui bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan tak ada ujung him, 49 ternyata ia terpelanting dan jatuh karena pilihan tindakannya yang tidak bertanggung jawab, yaitu berkhianat dan membocorkan rahasia perjuangannya kepada musuh him.

Siksaan yang ringan telah menyebabkan Hazil berkhianat. Namun siksaan dan rasa sakit yangia takutkan terus diterimanya meskipun ia sudah buka mulut him. Ketakutan akan rasa sakit dan siksaan yang tidak bisa dikuasainya menghancurkan dirinya, hingga ia mencapai disintegrasi kemanusiaan dan kelaki-lakiannya. GI melihat Hazil akan mati him. Mati atau mautlah yang menyebabkan Hazil mengalami kemandegan.

Mandeg yang berarti dibekukannya eksistensi dan hilangnya kebebasan Hazil. GI terus berikhtiar dengan pilihan-pilihan dan tindakan-tindakannya telah dibicarakanpadabagian3.

Pada mulanya GIbelumdapatmenyadarikedudukannya dan menguasai ketakutan yang dialaminya him. Setelah bertemu dengan segi-segi kekerasan GI menyadari dan merasa ketakutan yang mencekam him.

Pada puncak ketakutannya, dengan ikhtiamyaia berhasil menguasai ketakutannya, bahkan dapat berdamai dan hidup dengan ketakutannya him. GI menemukan dirinya, menyadari dan menemukan jalan tak ada ujung. Jalan tak ada ujung itu baru ditapakinya dan ia menyadari bahwa ia harus terus menempuhnya dengan memilih, bertindak, dan memberikan tanggungjawab atas pilihan dan tindakannya untuk tetap eksis. Novel ini diakhiri dengan penemuan diri GI yang sedang menempuh jalan tak ada ujung danketidakpastian keadaan Hazil.

Penyelesaian seperti itu merupakan ciri khas novel Eksistensialisme, seperti hidup manusia itu sendiri, sebagai keterbukaan yang tidak selesai. Namun, menurut Sartre, Eksistensialisme itu tidaklah sedemikian atheistisnya, sehingga mengerahkan segala-galanya untuk menunjukkan bahwa Tuhan tidak ada. Namun meskipun Tuhan ada, tidak ada yang berubah karenanya.

Tuhan tidak dapat dimintai tanggungjawab atas segala perbuatan manusia. Tuhan tidak berperan dalam putusan yang diambil manusia. Manusia bebas menentukan segala keputusannya. Kutipan-kutipan di bawah ini menunjukkan tidak adanya peran Tuhan. Seperti Isa juga. Meski Tuhan ada, namun Tuhan tidakberperanan dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan manusia. Seperti keputusan yang diambil Fatimah ketika menghadapi Hazil him.

Kendatipun ia tahubahwa perbuatan berhubungan dengan seseorang selain suaminya dikutuk Tuhan: berdosa, namun Fatimah memutuskan menerima Hazil yang bukan suaminya. Perbuatan itu mereka jalin terus tanpa menyesal dan berdosa. Pada GI, setelah ia mencuri buku tulis dari dalam almari kelasnya, ia menyiksa dirinya sendiri sebagai penebusan dosa him. GI meletakkan tanggungjawab pencurian yang dilakukannya pada diri sendiri, dengan menyiksa jiwanya sedemikian rupa,sehinggaiamerasapuas dan merasa tertebuslahdosanya.

Bukan Tuhan tempat menggantungkan tanggungjawab pencuriannya, dengan mohonampun kepada Tuhan misalnya. Setelah GI mendapatkan uang dari hasil mencuri buku, GI tidak merasa diperhatikan Tuhan, ia justru malu dan merasa diperhatikan orang-orang di sekitarnya yang sebenarnya tidak mengetahui perbuatannya him.

Perbuatan mencuri itu diulanginya terus. Semakin lama perasaan bersalah semakin menipis dan akhirnya hilang sama sekali him. Tuhan tidak berperan dalam pilihan dan tindakan yang dilakukan GI. Tuhan yang bukan tempat menggantungkan tanggungjawab pencurian yang dilakukannya. Ketakutan merupakan gagasan yang paling menonjol. Ketakutan ada sejak manusia terlempar dari eksistensinya. Ketakutan dimiliki oleh semua orang. Manusia harus dapat hidup dan damai dengan ketakutannya masing-masing.

GI, setelah mengalami perjalanan yang panjang akhirnya dapat menguasai dan damai dengan ketakutannya. Sebaliknya, Hazil yang semula bersemangat dan berani akhirnya dihancurkan oleh ketakutan yang tidak dapat dikuasainya.

Dia ingin dia seribu kilo meter jauhnya dari restoran itu, dan dari bioskop Rex. Malam minggu. Di Kramatplein amat ramainya. Bioskop yang hanya main satu kali pada sore 80 Ibid, h. Melempar granat ke tengah-tengah serdadu- serdadu Belanda yang berdesak-desak keluar dari bioskop. Guru Isa ditangkap dan dibawa k markas.

Di tempat itu Guru Isa di siksa karena tidak menjawab pertanyaan yang diberikan. Kamar itu kosong. Hanya untuk dia sendiri. Tidak ada meja, tidak ada kursi, tidak ada bale-bale, tidak ada tikar. Jendelanya berjeriji besi. Di tempat ini pula Guru Isa di siksa hingga hilang kesadarannya. Latar tipikal memiliki dan menonjolkan sifat khas latar tertentu, baik yang menyangkut unsur tempat, waktu dan sosial-budaya. Sehingga kondisi yang tergambar dari latar tempat menunjukkan kondisi penuh ancaman dari NICA di wilayah Jakarta.

Lokasi yang menjadi tempat serdadu Belanda melakukan penyerangan adalah lokasi yang pada tahun telah berubah nama dari Batavia menjadi Jakarta. Pergantian nama tersebut dilakukan oleh pihak Jepang saat mengalahkan penjajahan Belanda pada tahun Jakarta dijadikan markas besar serdadu NICA. Kembalinya Belanda ke Jakarta karena ingin menduduki kembali pemerintahan yang mereka bangun. Agresi Belanda yang sering terjadi di wilayah Jakarta sebagai upaya Belanda untuk memperluasan wilayah kekuasaannya ke daerah Jawa Barat.

Latar Sosial Latar sosial pada novel ini adalah keadaan sosial yang menunjukkan kondisi pada waktu itu harga sembako yaitu beras 87 Nurgiyantoro, op. Seperti pada kutipan berikut. Anak itu membungkus beras dua liter dan diletakkannya di atas meja di depan perempuan itu. Parahnya lagi adalah orang dengan mudahnya mengecap siapa saja yang menolak untuk ikut dalam perjuangan akan dianggap sebagai mata-mata dan ada beberapa orang yang bukan merupakan seorang serdadu berlaku keji dengan berani membunuh seseorang lainnya lantaran hanya dituduh sebagai mata- mata tanpa bukti yang kuat.

Kalau engkau tidak ikut, jangan- jangan nanti kita di cap mata-mata musuh lagi. Engkau tahu betapa mudahnya orang dipotong kerena soal yang bukan-bukan saja.

Membuat Guru Isa yang memiliki rasa takut yang amat besar, terpaksa menjadi anggota organisasi perjuangan. Dia pencinta damai selama hidupnya dia tidak pernah berkelahi, dia takut dengan hal-hal yang berbau kekerasan, di sisi lain Guru Isa takut dengan keadaan, berlatarkan cerita pada saat serdadu-serdadu NICA kerap melakukan penyerangan, penembakan dan penggeledahan, membuat orang yang menolak berjuang dalam revolusi dianggap sebagai mata-mata lalu akan dibunuh.

Kita potong tiga hari yang lalu. Ketangkep lagi lewat di kampung. Diperiksa tidak mau mengaku, katanya mau menagih hutang. Hutang apa, hah, terus dibeginiin.

Perlakuan yang tidak seharusnya dilakukan terhadap manusia. Dari tempat itulah sastrawan bercerita tentang tokoh, peristiwa, tempat, waktu dengan gayanya sendiri.

Mochtar Lubis sebagai pengarang berada di luar cerita tetapi mengetahui semua yang ada dalam novel ini, yang mengetahui segala hal tentang semua tokoh, peristiwa, dan tindakan. Tidak ada dalam jiwanya kegembiraan membicarakan cara-cara mengawal kampung pada malam hari, mengatur siasat pembelaan, dan sebagainya. Melihat anak-anak muda itu membawa pistol timbul rasa kecut hatinya.

Tetapi, bagaimana dia akan menolak? Jika ditolaknya, dia akan disyak dan dimusuhi orang sekampung. Lebih hebat dia mungkin dituduh mata-mata musuh. Dia ingin menjerit, menangis, melolong, dan lari, lari dan lari. Tetapi dia tidak menjerit. Tidak menangis. Tidak melolong. Dan tidak habisnya dia bertanya dalam hatinya mengapa dia sampai di sini.

Tidak banyak kata atau kaliamat-kalimat yang menggunakan perumpamaan atau bahasa yang indah dalam setiap dialog atau saat mendeskripsikan keadaan. Penggunaan perumpamaan lebih tepatnya dalah penggunaan majas personifikasi terdapat di dalamnya saat menggambarkan kekhawatiran yang dirasakan Guru Isa. Kata bergeser-geser pada kutipan tersebut dalam kenyataannya hanya dapat dilakukan oleh manusia. Kutipan tersebut dirasakan oleh Guru Isa saat dia mencemaskan suara malam yang dianggapnya merupakan serbuan yang akan dilakukan oleh serdadu Belanda.

Saat menyampaikan ketakutannya, Guru Isa menggunakan bahasa yang membuat lawan bicaranya memahami betapa takutnya dia dengan situasi yang dia hadapi saat itu dengan bahasa keseharian yang mudah dipahami dan tegas saat diucapkan.

Menunjukkan bahwa Guru Isa ikut dalam organisasi perjuangan hanya karena terpaksa, dia takut dengan keadaan pada masa revolusi ini. Karena ini adalah novel tentang 94 Ibid, h.

Amanat Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah selama kita memiliki sebuah keinginan, cita-cita, ataupun sebuah pengharapan selama itu pula terdapat jalan yang harus dilalui walau tidak mudah, tetap harus yakin bahwa kita akan mendapatkan hasil dari apa yang kita perjuangkan. Jangan biarkan rasa takut menghentikan kita dalam sebuah perjuangan, karena rasa takut yang muncul bukan hanya faktor yang sedang terjadi tetapi juga rasa takut itu mucul dari dalam diri kita. Bahwa setiap orang memiliki rasa takutnya masing-masing, hanya bagaimana caranya kita dapat mengatasi ketakutan yang hadir dalam diri sendiri dan melawannya, mengatasi dengan melakukan yang terbaik sebisa yang dapat kita lakukan.

Merasa takut adalah satu perasaan yang sehat, dan kerja kita adalah melawan rasa takut. Hal itu penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Latar juga mempunyai hubungan dengan unsur novel yang lain. Hubungan dengan Tema Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita.

Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakan. Rasa takut dialami oleh Guru Saleh dan juga Tuan Hamidi. Mereka meninggalkan kota karena takut menjadi korban kebrutalan serdadu Belanda. Tema berkaitan dengan unsur novel yang lain, salah satunya terkait dengan latar. Karena, tema yang dibangun pengarang dalam menciptakan karya sastra harus didukung oleh latar yang menguatkan tema.

Tema yang terdapat dalam novel Jalan Tak Ada Ujung adalah rasa takut. Rasa takut yang tidak hanya dialami oleh tokoh utama yaitu Guru Isa dan Hazil, namun juga rasa takut yang dialami oleh banyak tokoh.

Hubungan Penokohan Latar yang dimaksudkan adalah tempat dan suasana lingkungan yang mewarnai peristiwa. Ke dalamnya tercakup lokasi peristiwa, suasana lokasi, sosial budaya setempat, dan bahkan suasana hati tokoh.

Yang perlu diperhatikan adalah hubungan antara latar dengan peran yang dimainkan oleh tokoh. Dalam novel Jalan Tak Ada Ujung berlatarkan cerita pada saat awal revolusi yaitu tepatnya pada tahun , di mana serdadu Belanda atau lebih dikenal dengan NICA menjadi ancaman di Jakarta, novel ini yang lebih mendominasi adalah tokoh Guru Isa dan Hazil, mereka memiliki karakter yang berbeda.

Guru Isa seorang yang menginginkan ketenangan. Hazil, pemuda yang pemberontak dan memiliki semangat untuk perjuangan yang dipilihnya.

Tetapi bagaimana ia akan menolak? Tidak pernah aku berorganisasi seperti ini. Main senjata. Memakai pistol saja aku Atmazaki.

Tetapi kalau tidak ikut, engkau tahu apa akan kata orang. Kalau engkau tidak ikut, jangan-jangan nanti kita di cap mata-mata musuh lagi. Pendidikan dan tugas Guru menyebabkan ia mengutamakan sikap-sikap tertentu. Misalnya, Guru Isa mengutamakan pengajaran yang lemah lembut.

Ia mesti mengutamakan pendidikan ke arah kebaikan, sehingga pembunuhan binatang pun akan dianggap kejam olehnya. Aku tidak suka pada kekerasan. Semenjak dahulu aku tidak pernah ikut berkelahi. Aku benci berkelahi. Aku anggap berkelahi pekerjaan kasar dan orang biadab. Tetapi mereka pilih aku menjadi salah seorang pemimpin. Rasa takut yang dialami oleh Guru Isa adalah rasa takut yang terdapat dalam kehidupan Guru Isa, seorang guru biasa yang sepanjang tahun dengan tidak sepenuh hati, terpaksa turut serta dalam perjuangan menentang musuh-musuh asing.

Profesinya sebagai guru memungkinkan gerak-gerik yang dilakukan Guru Isa dalam perjuangan melawan Belanda tidaklah diketahui atau dicurigai. Malahan karena kedudukannya sebagai guru, maka dia menjadi wakil ketua panitia keamanan rakyat di kampungnya, dan menjadi penasehat Badan Keamanan Rakyat, lebih terkenal dengan nama BKR. Alasan- alasan pemuda-pemuda itu ialah, karena dia guru sekolah, maka orang tidak akan curiga padanya.

Pemberontakan yang dilakukan Hazil adalah saat ia tidak mendengarkan perkataan Ayahnya untuk tidak berjuang melawan Belanda. Kita perlu senjata ini untuk perjuangan kemerdekaan. Apa engkau pikir kamu bisa menang berperang melawan Belanda? Berontak-berontak seperti orang gila! Dengan gigih ia berjuang, melakukan perlawanan atau mengatur strategi dalam perjuangannya. Itu massa begitu saja tidak ada artinya. Gerombolan pun hanya dapat bergerak karena ada individu-individu yang dapat mengangkat diri mereka di atas gerombolan-gerombolan itu.

Maka musikku bukan musik gerombolan, tetapi musik manusia seorang-seorang. Engkau Masih berani? Berdasarkan perbadaan antara Guru Isa dengan Hazil juga berdasarkan usia mereka yang berbeda.

Guru Isa relatif tua sedangkan Hazil relatif muda dan juga seorang bujang. Maka, Guru Isa seorang yang menjadi dewasa pada masa ketenangan sebelum kedatangan Jepang, sehingga tak heran kalau ia menginginkan ketenangan. Hal yang berbeda dengan Hazil yang mengalami pendewasaan pada masa pendudukan Jepang dan revolusi, sehingga ia memang terbiasa pada kehidupan yang resah.

Guru Isa terpaksa menjadi kaum revolusioner Ibid, h. Hubungan Waktu Peristiwa Latar atau setting novel setelah kemerdekaan berbicara tentang masa ditulisnya yaitu tahun an, meskipun setengah dari setting kekinian itu berupa pula setting masa yang belum lama berlaku, yakni kisah-kisah revolusi. Segala sesuatu yang menyangkut hubungan waktu, langsung atau tidak langsung, harus berkesesuaian waktu sejarah yang menjadi acuannya.

Hal ini terjadi pada novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis pertama kali terbit yaitu pada tahun , namun cerita di dalamnya berlatarkan cerita pada tahun Namun, semangat revolusi pada cerita ini tergambarkan oleh peran Hazil, Guru Isa, dan Rakhmat yang berjuang melawan serdadu yang mengancam kota. Sekitar bulan Mei pihak Belanda sudah memutuskan bahwa mereka harus menyerang Republik secara langsung.

Konteks Sosial Novel Indonesia Bandung: Alumni, h. Alur yang terdapat dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis yaitu alur maju, dimana kisah yang diceritakan bersifat kronologis, yaitu peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa berikutnya. Hal tersebut diperkuat oleh latar waktu setelah terjadinya peristiwa perjanjian Linggarjati, Belanda justru menunjukkan agresinya dengan menyerang pada tanggal dua puluh satu, klimaksnya adalah Hazil, Rakhmat dan juga Guru Isa melaksanakan pembalasan dari yang sudah mereka rencanakan.

Novel JTAU merupakan novel yang menceritakan peristiwa- peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa sejarah. Karena jika latar cerita dengan hubungan waktu tidaklah sesuai, maka novel tersebut merupakan novel anakronisme, yaitu ketidaksesuaian latar waktu dalam cerita yang menjadi acuannya yang berupa waktu dalam realitas sejarah.

Hubungan dengan Kondisi Sosial Ekonomi Datangnya kembali Belanda pascakemerdekaan mempengaruhi keadaan ekonomi di Indonesia, hal ini tergambar pula pada novel M. Dalam novel ini keadaan ekonomi yang karut marut sesuai dengan keadaan kondisi ekonomi masyarakat pada saat itu, yang tejadi adalah kekurangan akan kebutuhan pokok mengakibatkan barang susah didapat seperti halnya beras dan mengalami lonjakan harga yang tinggi. Kemaren dulu juga seringgit. Semuanya ditahan di Cikarang. Tidak bisa kasih hutang.

Tidak bisa! Belum lagi setiap hendak berangkat Lubis. Kepada Bibi Tatang aku telah menghutang beras lima liter. Belum aku ganti sudah seminggu. Sedanga aku berjanji mengembalikannya dalam dua hari. Membon di warung susah benar sekarang. Hutang pada tukang sayur telah lama amat tidak dibayar.

Kesulitan ekonomi membuat ia mencuri buku di sekolahnya. Padahal, Guru Isa dikenal sebagai seorang yang lembut, orang yang baik-baik dan tidak mengenal kekerasan. Guru Isa berdiri dan pergi ke lemari menyimpan buku-buku yang telah diperiksanya. Ketika dia hendak menutup lemari kembali, tiba-tiba pandangannya terpaut pada bungkusan buku-buku tulis yang baru….

Sesuatu berkata, bahwa dengan mengambil dan menjual beberapa puluh buku itu dia akan dapat uang. Guru Isa tertegun. Perkelahian terjadi dalam hatinya. Tiba-tiba dia merasa malu pada dirinya, bahwa pikirannya sendiri menyuruh ia mencuri. Ia sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang guru, tapi apa daya untuk menghidupi dirinya dan keluarganya, tindakan ini ia lakukan walau terselip rasa malu.

Dapat terjuang tujuh rupiah setengah sebuah. Sepuluh dapat uang tujuh puluh lima rupiah. Dan dengan tangan tangan yang gemetar Guru Isa membuku bungkusan buku-buku tulis baru itu, diambilnya sepuluh, dan kemudian lemari ditutup kembali. Buku Ibid, h. Baru setelah tas dikuncinya, dia merasa lega sedikit. Ia menjual buku tersebut, sedangkan uangnya untuk makan. Keadaan ekonomi pada pada saat itu membuat Guru Isa sampai tidak hanya sekali saja mencuri.

Saat persediaan makan di rumahnya habis, Guru Isa mencuri lagi. Keadaan ekonomi pada saat itu mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, mereka harus hidup seadanya bahkan kesusahan, terlebih lagi dalam keadaan ekonomi sulit pada tahun masyarakat dihadapkan oleh serangan atau perang yang dilakukan oleh NICA.

Hubungan Sosial Politik Pada tahun latar waktu yang terdapat dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis, Indonesia sedang berjuang mempertahankan kemerdekaan yang sudah didapat, hal tersebut terjadi karena kembalinya Belanda untuk merebut kembali kemerdekaan yang sudah didapat. Pada novel Jalan Tak Ada Ujung diceritakan perjuangan politik generasi muda mempertahankan kemerdekaan yang telah berhasil diraihnya.

Tokoh Guru Isa ikut andil dalam perjuangan tersebut. Ia bergabung dalam organisasi perjuangan laskar rakyat. Pada masa itu BKR adalah badan resmi yang di bentuk oleh pemerintah untuk menjaga keamanan rakyat. Selama ini ia membiarkan dirinya dibawa arus.

Arus pikiran- pikiran dan kata-kata yang deras keluar dari macam-macam orang. Dia ikut jadi anggota jaga kampung. Malahan karena kedudukannya sebagai guru, maka ia menjadi wakil ketua panitia Ibid, h. Musuh terlalu kuat. Karena itu sekarang kita bikin persediaan di luar kota. Sebab itu senjata-senjata mesti dikirim ke luar kota. Perjanjian ini digunakan untuk memecah halangan yang muncul dari rakyat. Mereka menipu rakyat dengan iming-iming perdamaian. Rakyat merasa damai setelah penandatanganan perjanjian Linggarjati.

Rakyat berharap dengan adanya perjanjian tersebut kondisi Indonesia tidak kacau lagi dan dapat hidup damai. Masa kita msih terus berperang? Bukankah kita disuruh berdamai? Ketika perjanjian Linggarjati ditandatangani dengan upacara yang hebat tanggal 25 Maret yang lalu, maka sebentar Guru Isa mengecap sejuk udara kebebasan.

Kita mesti lekas bersiap-siap. Van Mook secara sepihak menciptakan suatu sistem federasi yang sesuai ketetapan-ketetapan yang ia rasa cocok. Kaum Republiken melihat sistem yang mulai ia bangun tak ubahnya kebijakan memcahbelah dan menguasai yang terselubung rapi dan yang pada akhirnya direncanakan sebagai upaya hegemoni Belanda atas seluruh Indonesia.

Hazil tetap menjalankan rencananya untuk menyerang serdadu Belanda, bersama dengan Rakhmat dan Guru Isa mereka menyerang serdadu Belanda dengan melemparkan granat di Bioskop Rex yang saat itu banyak terdapat serdadu Belanda. Hal itu dilakukan agar bahan ajar yang disampaikan kepada peserta didik dapat tersampaikan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Tujuan pengajaran apresiasi sastra sebenarnya dapat dikembalikan kepada pemahaman hakikat cipta sastra itu sendiri. Dalam hal ini sastra dipandang sebagai rekaman usaha manusia sastrawan untuk mengekspresikan dan mengkomunikasikan gagasannya dengan harapan manusia, impian, cita-cita, perasaan, pikiran, pengalaman dan hubungannya dengan masyarakat.

Tujuan umum tersebut harus dapat Kahin, Op. Di lain pihak, kepekaan tanggapan tersebut berupaya memahami nilai yang diperoleh dari bacaan dengan konteks persoalannya. Penggunaan novel JTAU sebagai bahan pembelajaran menarik siswa untuk mengetahui keadaan sejarah pada masa setelah kemerdekaan.

Siswa diharapkan agar dapat lebih tertarik untuk mengembangkan daya imajinasinya dengan bahan pembelajaran karya sastra bernuansa sejarah yang belum diketahui sebelumnya, terlebih lagi siswa dapat mengkaitkan latar pada novel JTAU dengan peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa itu. Dari segi latar waktu, tempat dan juga latar sosial pada novel JTAU menceritakan tentang keadaan masyarakat pada tahun , tidak hanya itu dalam kurun waktu yang terdapat dalam novel JTAU mereka juga mendapatkan semangat dalam mempertahankan kemerdekaan yang sudah didapat Indonesia namun Belanda atau NICA datang kembali dan melakukan penyerangan terhadap rakyat sipil.

Dalam proses mengapresiasi sastra siswa akan mengetahui bahwa karya sastra bukan hanya karya rekaan atau fiksi yang dibuat, tetapi juga dapat berisikan informasi sejarah atau merefleksikan berdasarkan zaman sastra itu dibuat. Hakikat pengajaran ialah memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai yang dikandung karya sastra dan mengajak siswa ikut menghayati Mukhsin Ahmadi. Malang: Yayasan Asah Asuh Asih, h. Bulir-Bulir Sastra dan Bahasa. Secara khusus, pengajaran sastra bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan nilai sosial.

Nilai-nilai yang dapat diambil dari novel JTAU adalah nilai keberanian dalam berjuang mempertahankan tanah air yang dilakukan Hazil untuk melawan musuh asing, terdapat pula kerja sama yang baik untuk saling tolong-menolong dan yang terpenting adalah dalam novel JTAU keberanian melawan rasa takut, karena semua orang memiliki ketakutannya masing-masing.

Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diapliksikan oleh siswa, untuk saling bekerja sama dan tolong-menolong sesama teman maupun orang disekitarnya. Berbagai metode dicetuskan untuk melaksanakan tugas pengajaran seefektif mungkin, baik metode dasar yang bersifat umum maupun metode yang khusus untuk kondisi siswa dan juga kondisi kelas tertentu dan juga mata pelajaran tertentu.

Namun, pada kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa kunci keefektifan pengajaran terletak pada cara komunikasi yang terjalin antara guru dan siswa. Agar bahan pembelajaran tersebut dapat dipelajari oleh siswa dengan baik maka diperlukan metode pengajaran yang sesuai. Beberapa metode pembelajaran, yaitu metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan. Kombinasi keempat metode tersebut secara bergantian dengan tujuan agar siswa tidak mudah jenuh dan dari metode tersebut diharapakan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan mencapai tujuan dari pembelajaran.

Metode ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan atau informasi mengenai bahan pembelajaran yang akan dibahas dalam diskusi, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dalam kegiatan diskusi ini terdapat Ibid, h. Dilanjutkan proses tanya jawab dari siswa satu ke siswa yang lain atau dapat juga tanya jawab antara guru dengan siswa. Pada akhir kegiatan diskusi, siswa diberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan baik saat itu juga ataupun dikerjakan di rumah.

Maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa melalui diskusi tersebut. Dengan demikian, tugas ini sekaligus merupakan umpan balik bagi guru terhadap hasil diskusi dan proses tanya jawab yang dilakukan siswa. Simpulan Dari sejumlah uraian yang dilakukan oleh penulis, mengenai latar atau setting dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis dan pemanfaatannya sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di Sekolah Menengah Atas SMA , maka dapat disimpulkan: 1.

Novel JTAU dapat dikatakan sebagai dokumen sejarah bangsa Indonesia berupa karya sastra, pada saat itu latar atau setting yang terdapat dalam novel memaparkan banyak tentang peristiwa yang terjadi di berbagai tempat dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun saat keberadaan NICA di Indonesia, tidak hanya itu dalam novel JTAU juga menjelaskan latar sosial berupa keadaan ekonomi dan politik pada saat kembalinya Belanda ke Indonesia.

Pada saat itu pergerakan nasional dilakukan oleh kaum muda untuk memberontak dan melawan serdadu NICA, para kaum revolusioner pada saat itu membentuk kelompok perlawanan dengan mendirikan sebuah organisasi. Bentuk perlawanan lainnya adalah dengan berjuang melawan serdadu NICA dengan aksi penyerangan yang dilakukan kaum revolusioner pada masa itu. Karya sastra sebagai salah satu bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memiliki peran yang cukup besar dalam menyampaikan pesan atau amanat yang ingin disampaikan penulisnya kepada pembaca.

Amanat itu antara lain, semangat perjuangan nasional terhadap bangsa dan Negara kepada peserta didik. Pemahaman tentang latar atau setting dalam novel JTAU menjadi penting dalam pembelajaran apresiasi sastra.

Tujuan dari pengajaran novel JTAU agar siswa dapat mengetahui latar waktu, tempat, sosial yang mencakup keadaan ekonomi dan politik pada saat itu dengan mengkaitkan dengan peristiwa yang benar terjadi pada saat itu.

Selain itu, lewat karya sastra dapat meelatih peserta didik untuk berpikir logis dan memperoleh pengetahuan baru yaitu mendapatkan informasi tentang sejarah bangsa Indonesia.

Berdasarkan hal itu, novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis sebagai karya sastra yang menjadi dokumen sejarah perjuangan revolusioner saat melawan serdadu NICA dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah.

Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka ada beberapa saran yang penulis ajukan: 1. Penelitian yang membahas tentang latar atau setting yang terdapat dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penelitian-penelitian yang mengangkat masalah serupa masih perlu dilakukan. Pernyataan tersebut berkaitkan dengan esensi penelitian yang pada hakekatnya adalah suatu penyempurnaan yang bersifat melengkapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Guru diharapkan tuntas dalam menyampaikan teori mengenai analisis unsur intrinsik karya sastra, karena pembahasan mengenai karya sastra tidak bisa dilepaskan dari unsur-unsur pembentuknya.

Malang: Yayasan Asah Asuh Asih. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Angkasa Raya. Aziez, Furqonul dan Abdul Hasim. Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. Butar-butar, Charles. Indonesia Scientific Journal Database. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra.

Escarpit, Robert. Sosiologi Sastra, terj. Ida Sundari Husen. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hardjana, Andre. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia. Harian Sinar Harapan. Edisi Sabtu, 14 Agustus Harian Tempo. Edisi Minggu, 15 Agustus Kahin, George McTurnan. Nasionalisme dan Revolusi Indonesia. Tim Komunitas Bambu.

Depok: Komunitas Baru. Kurniawan, Heru. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Edisi Sabtu, 15 Agustus Lubis, Mochtar. Luxemburg, Jan Van dkk. Pengantar Ilmu Sastra. Dick Hartoko. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Oesman, Boen S. Yogyakarta: Kanisius. Pedoman Rakyat. Edisi 02 Februari Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka. Rahmanto, B. Ratna, Nyoman Khuta. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Ricklefs, M. Sejarah Indonesia Modern. Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka. Siswanto, Wahyudi.

Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo, Stanton, Robert. Teori Fiksi. Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad.

Sumardjo, Jacob. Bandung: Alumni. Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A. Flores: Indonesia Nusa Indah. Standar kompetensi 6. Kompetensi dasar 6. Indikator KD 1. Siswa mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik alur, tema, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, latar, dan amanat novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis 2. Siswa mampu memahami latar yang terjadi dalam cerita pada novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis dan mengkaitkan peristiwa yang terjadi pada tahun Siswa mampu mengkaitkan latar yang terdapat dalam novel dengan peristiwa yang benar terjadi dalam sejarah Indonesia.

Tujuan Pembelajaran Siswa mampu menganalisis unsur-unsur intrinsic dan mampu memahami latar yang terjadi pada cerita dalam novel JTAU dan mengetahui apa saja peristiwa yang terjadi pada latar waktu novel tersebut. Materi Pembelajaran Memahami novel dan unsur-unsur yang terdapat dalam novel. Metode Pembelajaran 1. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan.

Strategi : observasi, eksplorasi, dan implementasi. Sumber lain yang mendukung, seperti buku, majalah, artikel dll. Siswa menganalisis unsur- 1. Siswa dapat Tertulis Ujung, kemudian mengidentifikasi latar atau menganalisis setting yang terdapat dalam unsur intrinsik novel 2. Kemukakan latar 3. Mampu mengkaitkan yang terdapat peristiwa yang benar-benar dalam novel terjadi berdasarkan latar 3.

Mengkaitkan waktu pada novel latar dengan peristiwa sejarah yang benar terjadi J. Rubrik Penilaian dan Pedoman Penskroran 1. Jelaskan unsur-unsur intrinsik dalam novel! Aspek Skor 1. Tepat dan disertai kutipan 5 2. Tepat dan tidak disertai kutipan 4 3. Kurang tepat dan disertai kutipan 3 4.

Jelaskan Macam-macam latar yang digunakan dalam novel tersebut! Kurang tepat dan tidak disertai kutipan 2 3. Peristiwa apa saja yang terdapat dalam novel yang sesuai dengan peristiwa sejarah! Suryadi Syarif, S. O lff. DOt4 Jakarta, 3 Desember La. As s alamu' al aikum wr. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan setesai dalam waktu 6 enam bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 enam bulan berikutnya tanpa surat. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Was s al amu' alailatm wr -wb. Ketua Jurusan. Dekan FITK 2. Jakarta, 15 September 5 DosenPembimbing I!

Robert Escarpit. Sosiologi Sa. Burhan Nurgiantoro. Poesponegoro ano 11r JVA. J IJ 1 dan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Balai Pustaka, 4. George McTurnan Kahin. Yogyakarta: Kanisius, 1 Guru Isa panik. Tubuhnya kaku dan dingin, kemudian ia pingsan.

Setelah siumam ia berpikir, siapakah sebenarnya yang tertangkap: Hazil ataukah Rahmat. Apakah dia juga akan tertangkap? Hari ketiga setelah peristiwa itu datang polisi militer menangkapnya. Ia pun dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam tahanan itu ia bertemu dengan Hazil yang telah rusak tersiksa. Betapa kecewanya Guru Isa ketika mengetahui Hazil telah berkhianat hanya karena tidak tahan menerima siksaan. Kekaguman Isa terhadap Hazil luntur sudah.

Ia bahkan kini menjadi tidak takut lagi menghadapi siksaan yang akan diterimanya. Isa mulai dapat menepis ketakutan-ketakutan yang sering menghantuinya. Di saat itu pula, kelaki-lakiannya yang selama ini mati justru muncul kembali. Ia merasakan darah mengaliri dirinya. Membuat dia percaya diri, dan impotensinya hilang. Kini ia tak lagi impoten. Pada saat-saat itu kerinduaan akan Fatimah begitu mendalam.

Ia ingin menunjukkan kepada Fatimah bahwa ia sudah kembali perkasa. Ia berharap kehidupan rumah tangganya akan bahagian bersama Fatimah selepas dari penjara itu. Klik di sini Lihat novel lain di sini. Post a Comment. How much is yours worth? Novel karya Mochtar Lubis ini pertama kali diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka tahun Posted in: Novel , Sinopsis Novel. Newer Post Older Post Home.

Anonymous says:. December 6, at PM Reply. January 1, at PM Reply. May 1, at AM Reply. Rendra Baca Puisi 1. Sajak Burung-burung Kondor 2. Sajak Seorang tua untuk Istrinya 3. Kupanggil Namamu 4. Pamplet Cinta 5. Wajah Dunia Yang Pertama 6. Bunga Gugur b. Serenada Biru c. Surat Cinta d.

Serenada Merjan e. Serenada Merah Padam f. Nyanyian Pengantin g. Hutan Bogor 7. Nyanyian Dunia b. Kepada ME c. Di Bawah Bulan d. Sajak Joki Tobing Untuk Widuri e. Sajak Widuri Untuk Joki Tobing f. Wanitaku-wanitaku g. Kangen h. Sawojajar 5 Yogya i. Sajak Seorang Tua untuk Istrinya. Mustafa Bisri Baca Puisi wav. Aku merindukanMu oh Muhammadku 2. Aku tak lagi bisa menyanyi 3.



0コメント

  • 1000 / 1000